Kita ketahui bersama sabar merupakan sebagian dari iman , sehingga muncul beberapa meme yang sedikit mengarah ke sebagiannya apa seperti berikut ini !
Kata-kata dari gambar diatas merupakan sebuah pemahaman yang salah , dimana sabar sebagian dari iman dan sebagiannya lagi sudah ada , Terus sebagiannya lagi apa ?. Sekali lagi bukan makan hati. tanpa pikir panjang berikut penjelasannya.
Sabar dan Syukur
Secara bahasa ‘Asy-Syukr’ berarti ucapan, perbuatan, sikap terima kasih (al-hamd), dan pujian. Dalam ilmu tasawuf istilah ‘syukur’ berarti ‘ucapan, sikap, dan perbuatan terima kasih kepada Allah Subhannahu Wa Ta'ala dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya. Menurut al-Ghozali syukur merupakan salah satu statiun atau stage yang lebih tinggi dari sabar, khauf atau takut kepada Allah Subhannahu Wa Ta'ala, dan lain-lain.
Cara bersyukur ada tiga, yaitu :
- bersyukur dengan hati,
- bersyukur dengan lidah, dan
- bersyukur dengan amal perbuatan.
Sesungguhnya iman itu terdiri atas dua bagian: sebagian sabar dan sebagian syukur. Keduanya merupakan dua sifat dari sifat-sifat Allah dan dua nama dari al-asmaa-ul-husnaa, yaitu; ash-Shabuur dan asy-Syakuur. Maka kebodohan terhadap hakikat sabar dan syukur, sebenarnya adalah kebodohan daripada sifat-sifat-Nya. Allah telah menyifatkan orang-orang yang sabar, dengan beberapa sifat.
Allah Azza wa Jalla menambahkan lebih banyak derajat dan kebajikan kepada sabar. Allah Ta'ala menjadikan derajat dan kebajikan itu sebagai hasil (buah) dari sabar.
Seperti Firman Allah sebagai berikut :
”Dan Kami jadikan di antara mereka itu beberapa pemimpin yang akan memberikan pimpinan dengan perintah Kami, yaitu ketika mereka berhati teguh (sabar). (QS. As-Sajadah : 24).
Orang tidak bisa dikatakan bersabar kalau dia tidak bersyukur dan begitu juga sebaliknya, orang tidak bisa dikatakan bersyukur kalau tidak bersabar.Ketika mendapat nikmat dia bersyukur dengan kesabarannya, artinya perilaku menikmati kenikmatan tetap terkontrol, begitu juga ketika mendapat cobaan, kondisi itu tetap disyukuri karena dia beranggapan
“ini adalah nikmat yang terbesar yang pernah aku dapatkan".
Apabila sabar dipandang dari sudut praktek yang menjadi pengejawentahan dari iman, ditemui dua hal yang bertentangan, yaitu manfaat dan mudarat.Dalam menghadapi manfaat, seorang muslim diperintahkan bersyukur dan dalam menghadapai mudarat diperintahkan bersabar. Dari sudut ini sabar juga merupakan sebagian dari iman, dan sebagiannya lagi adalah syukur.
Seseorang yang pandai bersyukur akan senantiasa bertahtakan kesabaran, meski berada dalam ujian penderitaan. Apapun yang kemudian mereka dapatkan, mereka kembalikan kepada yang memberikan semua itu. Allah Subhannahu Wa Ta'ala sendiri memberi tanda kepada golongan orang-orang seperti ini, sebagaimana firman-Nya:
"(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan 'Inna lillaahi wa Inna Ilaihi Raaji'uun'" (Al-Baqarah:156).
Berbagai sarana telah disediakan bagi tumbuhnya rasa syukur dan sabar dalam diri, baik berupa kenikmatan ataupun ujian, bertafakkur terhadapnya, ambil nilai hikmah, evaluasi diri dan melihat dari dekat ujian yang ditimpakan pada para mustad'afiin (sebagai Contoh), tuntutan menyempurnakan ikhtiar, selalu husnuzhan kepada Allah, jangan berputus asa dari rahmat-Nya.
Keterbatasan harta, bagi mereka bukan sebuah bencana, kondisi fisik yang kurang sempurna bukanlah yang akan menghancurkan hidupnya, tetapi lebih merupakan ujian yang dijanjikan Allah Subhannahu wa Ta'ala yang akan berbuah pada meningkatnya kualitas (kesadaran) iman, sehingga hidup tetap optimis untuk maju, bukan malah menyerah pada keadaaan dengan mengatakan
“ini sudah takdir” atau “ saya sabar terima kondisi ini”
tanpa sedikitpun melakukan perubahan. Orang yang sabar ketika dalam kesusahan tidak akan tampak padanya penyesalan dalam penderitaan, rasa putus asa dalam ujian, ingin berontak ketika diharuskan taat pada syari'at Tak ada kebencian di antara mereka. Kalaupun mereka menemukan hal, yang satu sama lain kurang berkenan, mereka akan lebih memilih saling memberikan taushiah (berwasiat) dengan penuh kebenaran dan kesabaran.
Syukur berarti memaksimalkan potensi yang ada, punya fisik yang sempurna digunakan dengan baik, indra yang diberikan akan maksimal jika kita menyadari akan potensinya, kondisi sadar atas kepemilikan diri adalah konsep syukur, begitu juga kita diberi umur, kesehatan digunakan dengan baik, harta yang pas-pas-an digunakan se-efektif dan se-efisien mungkin, jika tidak mendapatkan itu semua manajemen selanjutnya adalah sabar dengan tetap memperhatikan potensi diri, memahami kondisinya, tetap stabil tidak larut dalam kesedihan atau kesenangan, tidak mudah putuh asa yang mengakibatkan stres atau depresi yang akan menimbulkan prilaku negatif, merugikan diri sendiri bahkan orang lain, jadi bukan sabar yang ’bodoh’ tetapi penuh dengan kreatifitas, keteguhan, optimis jiwanya, tidak gampang terombang-ambing keadaan, Itulah kesadaran kita tetap on line dan tetap ter-up grade, yang memungkinkan untuk mengambil keputusan dan tindakan secara bijaksana walaupun dalam situasi yang sulit sekalipun.
Orang yang tidak bisa bersabar dan bersyukur berarti dia dikejar target diri sendiri, dia akan terpengaruh dengan lingkungan, dan yang demikian ini akan menyiksa kondisi psikologis dia. Kehidupanya dilingkupi kegelisahan, kekhawatiran, mudah putus asa dan tidak optimis, takut miskin, takut hidup sengsara, takut hidup tidak terhormat, hidup pesimistis. Kasus korupsi tidak akan terjadi jika mengamalkan konsep ini.
Firman Allah SWT:
"...dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim:7).
Ayat ini merupakan isyarat adanya penyakit psikologis manusia yang di hantui oleh rasa tidak puas dan gampang goyah, yang ada dan kita miliki di maksimalkan.
Sumber : Let's Learn About Islam